Diduga Bupati Timbun Lahan Pribadi Pakai Dana Pemda. Bupati Adil : TIDAK ADA KERJA LAIN.

Meranti, Riau, Selatpanjang40,874 views

InDepthNews.id (Meranti) – Abrasi pantai Mekong Kecamatan Tebingtinggi Barat yang terjadi Di Kabupaten Kepulauan Meranti saat ini sudah sangat mengkuatirkan, hal itupun menimbulkan ” ide kreatif ” dari Bupati Meranti H Muhammad Adil. SH, bagaimana bisa memecahkan solusi dengan cara yang singkat, tepat dan efisien.

Ide menggunakan sarana ‘ Batang Kelapa ‘ dan ‘ Sampah ‘ pun akhirnya dinilai sebagai solusi, namun sangat disayangkan ” ide kreatif ” tanpa kajian ilmiah dengan melibatkan para ahli, akhirnya menjadi dilema dan polemik tersendiri bagi Pak Bupati.

Saat media ini menginvestigasi langsung ke lokasi terkait hal itu, ternyata benar terjadi, terlihat di lokasi lori pengangkut sampah hilir mudik menumpahkan sampah di lokasi penimbunan. Dari pantauan di lapangan, diperkirakan ada sekitar 150 meter luas bibir pantai yang di penimbunan menggunakan sampah dan batang kelapa sebagai alat dinding penghalang air dari laut.

Yang sangat mengejutkan lagi, ternyata dari pengakuan seorang warga (yang enggan menyebutkan namanya) yang tepat bertinggal di samping lokasi penimbunan tersebut mengatakan bahwa tanah baru saja di beli oleh Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti H Muhammad Adil, SH , dalam waktu belum lama ini, artinya lahan tersebut milik pribadi sang bupati.

Kalau lahan ini dulu punya mertua saya, baru aja dibeli sama Pak Haji adil , kalau mertua saya cuma punya 100 M² dibeli dia, tapi yang sepanjang pinggir timbunan ini semua punya warga juga di beli dia, kalau harganya yang 100 M² itu 10 juta rupiah di beli Pak Haji adil dari mertua saya,” tulisnya (10/09).

Sementara itu, Media ini mengkonfirmasi kepada Bupati Meranti H Muhammad Adil, SH , melalui pesan melalui WhatsApp, namun sangat mengejutkan sekali, balasan pesannya hanya beberapa kata yang tak pantas diberikan kepada kepala daerah kepada jurnalis.

TIDAK ADA KERJA LAIN ,” ucapnya (10/09).

Terkait timbunan itu, Menurut Doktor Alvriady pakar lingkungan Riau melalui via telfon oleh tim, Jumat (10/09), menjelaskan sampah yang digunakan tersebut memiliki pori-pori yang renggang dan sifatnya tak menyatu dengan sampah yang lain, dan harus diolah dulu menjadi padatan sehingga baru bisa digunakan.

“Kalau sampah langsung menjadi masalah yang berkesan seperti bekerja menyanyah dan digunakan pasti menimbulkan masalah baru, selama ini membersihkan pantai dari sampah ini kebalikanya dan pasti baru,” menambahkan.

Tambahnya lagi “Harusnya ada kajian dulu penanganan abrasi menggunakan sampah ini karena penanggulangan sampah ini harus sesuai porsinya, takutnya nanti masalah sampah semakin banyak diperairan meranti, ditambah info yang saya terima dari nelayan sekitar seperti di tempat dan alai mereka sering memasukkan sampah,” .

Sambungnya “Jadi ide yg dibuat ini sama sekali tidak efektif, sedangkan batu pemecah pantai saja tidak efektif menggunakan batang kelapa karena batang kelapa berbentuk bulat dan berongga sehingga mudah masuk dan lama lambat meninggi dan akhirnya tumbang kecuali batang kelapa mengolah bentuk menjadi petak persegi,”.

Terangnya lagi ” Menurut kajian ilmiahnya kereksivitas sampah itu berbeda-beda kepadatannya jadi ada celah kelonggaran dan tidak menyatu dengan tanah, cara penimbunan uruk itu menggunakan tanah yang padat, jadi sekali lagi saya sampaikan ini kerja menyanyah apalagi sampah yang dipakai lebih banyak non sampah platik, jika perlu kajian terkait hal ini saya siap hadir,” pungkas Doktor yang berkarir di UIN Suska Riau tersebut.

Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kepulauan Meranti, Irmasyah menjelaskan melalui telfon (10/09) kepada media ini, bahwa benar-benar melakukan penimbunan menggunakan sampah dan batang kelapa, juga memakai anggaran milik OPD DLH sendiri.

“Sampah yang digunakan itu adalah sampah organik dan dicampur dengan tanah agar padat dan memang ada sedikit tercampur dengan sampah non organik seperti plastik,” jelasnya.

“Mudah-mudahan ini berhasil dan bisa kita pakai di daerah lain Di Meranti yang mengalami hal serupa, alat beratnya kita pakai alat berat Dinas PUPR satu buah, dinas Perkebunan satu buah, kalau anggarannya dari dinas kita, minyak dan sebagainya, untuk batang kelapa itu hibah dari Daman ( exs Kepala Desa Mekung dan juga sebagai tahanan rumah kasus korupsi kejaksaan negeri Meranti),” ujarnya.

Namun, ketika dikonfirmasi lebih lanjut, Bupati Meranti H Muhammad Adil, SH terkesan bungkam , padahal pesan yang dikirim oleh media ini terlihat sudah tercentang dua yang artinya sudah terbaca namun hingga berita ini diunggah, Media ini belum menerima balasan lanjutan dari Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti.

 

(BATUBARA).

 

 

Comment