SDIT Al-Madani Diserbu Pendaftar, 16 Formulir Pendaftaran Ludes Diambil

InDepthNews.id (Lingga) – Antusias masyarakat Daik lingga untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan berkualitas di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al-Madani sangat luar biasa. Hal itu terlihat sejak dibukanya penerimaan murid baru hingga memasuki hari ke-3 sudah belasan orang yang mengambil formulir pendaftaran.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, SDIT Al-Madani membuka pendaftaran lebih awal dari sekolah lainnya, hal ini bertujuan memberikan kesempatan kepada masyarakat dalam menentukan pilihan tempat sekolah bagi buah hati mereka.

Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) sebagai satu-satunya sekolah yang berada di pusat ibu kota Kabupaten Lingga itu, SDIT Al-Madani tetap menjadi pilihan pertama di hati masyarakat Daik untuk menyekolahkan anaknya.

Menurut Ustadzah Kiki Safitri, selaku Ketua Panitia PPDB SDIT Al-Madani, antusias masyarakat mendaftarkan anaknya tahun ini meningkat dari tahun sebelumnya, di mana hal itu dapat terlihat dari jumlah formulir pendaftaran yang sudah diambil pada Rabu (18/01/2022).

“Untuk sementara ini total formulir yang sudah keluar 16 formulir, 12 yang sudah mendaftar dan ada 4 orang keep, karena belum sempat datang.” jelas Ustadzah Kiki.

“Hal itu mungkin dengan kuota yang terbatas dan waktu yang singkat, sehingga mereka (masyarakat) takut tidak kebagian.” tutur ustadzah Kiki dengan senyum.

Berdasarkan penuturan Kiki, diantara yang sudah mendaftarkan anaknya yang ia kenal adalah Kasi Haji dan Umrah Kantor Kemenag Lingga, Ketua Komite TK Islam Adzkia, Owner Ar-Razaq Mart, guru Bahasa Inggris SMPN 2 Lingga, guru PAI SMPN 2 Lingga.

Diketahui untuk tahun ini SDIT Al-Madani hanya membuka kuota sebanyak 30 orang calon murid dengan deadline waktu pendaftaran sampai dengan 31 Januari 2022. Jumlah kuota itu tentu tidak sebanding dengan animo masyarakat yang ingin memasukkan anaknya.

Anggota Pembina Yayasan Insan Madani Lingga, Armain beralasan hal itu karena karena belum tersedia prasana ruang belajar yang lebih untuk membuka kelas paralel.

Menurutnya, dengan masih terbatas jumlah murid tersebut bisa jadi hikmahnya juga supaya guru-guru dan seluruh stakeholder sekolah bisa lebih fokus dalam melayani, mengontrol, membimbing, mendidik dan mengajari anak-anak.

“Pihak sekolah tentu harus mampu menjawab harapan para orang tua dan tahu cara menjawab tantangan anak-anak kita ke depannya”, pungkas mantan Kepala MTs Aqidatunnajin itu.

Senada dengan itu, ustadzah Kiki Safitri juga mengatakan, pihaknya berkomitmen menjadikan sekolah sebagai rumah kedua bagi anak didiknya.

“Anak-anak harus tumbuh, belajar dan bermain dengan bahagia. Kita satukan visi dan misi kita untuk mengantarkan anak-anak kita menuju gerbang kesuksesan dunia dan akhiratnya.” pesan guru Al-Qur’an itu. (AB.B)

Comment