Menelisik Dukungan 3 Mantan Ansar dan 1 Mantan Sekda Dukung Rudi-Rafiq

Opini, Pemilu, Politik103 views

Oleh: Ahmad Yani-Member Alumni HMI Club

InDepthNews.id (Opini) – Menarik untuk mencermati isu yang saat ini viral di beberapa platform media sosial sebagaimana link pemberitaan https://indepthnews.id/tiga-mantan-pasangan-ansar-kompak-dukung-rudi-rafiq/. Sejatinya, perpindahan dukungan politik adalah hal biasa, tetapi menjadi luar biasa ketika perpindahan dukungan politik dari aktor pasangan yang pernah seperahu dalam kontestasi pilkada.

Pengalihan dukungan politik dari tiga mantan pasangan politik Ansar Ahmad kepada pasangan Muhammad Rudi dan Aunur Rafiq, merupakan momen penting yang menandai dinamika baru dalam lanskap politik Kepri saat ini.

Khazalik adalah wakil Bupati Bintan yang berpasangan dengan Ansar Ahmad periode tahun 2010-2015, saat ini menjadi anggota DPRD Provinsi Kepulauan Riau. Adapun Mastur Taher wakil Bupati Bintan yang juga berpasangan Ansar Ahmad  periode tahun 2005-2010 yang merupakan tokoh politisi Partai Keadilan Sejahtera pada masa itu.

Berbeda dengan kedua tokoh yang dipilih secara langsung oleh masyarakat lewat mekanisme pemilukada, Huzrin Hood dipilih melalui persidangan DPRD Kepulauan Riau menjadi Bupati Kepulauan Riau. Masa-masa sulit sebab menjadi masa transisi pembentukan Provinsi Kepulauan Riau.

Pada saat itu Bintan masih menjadi bagian daerah administratif Kabupaten Kepulauan Riau sebelum akhirnya dimekarkan menjadi Kabupaten Bintan. Adapun pasangan Huzrin Hood pada saat itu adalah Ansar Ahmad sebagai Wakil Bupati periode tahun 2000-2005.

Belakangan ketika Huzrin Hood yang dikenal sebagi tokoh sentral pejuang pembentukan Provinsi Kepri tidak dapat melanjutkan mengemban amanah menjadi pemimpin nomor satu di kabupaten Kepulauan Riau tersebut. Pada tahun 2003 dilanjutkan oleh Ansar Ahmad sebagai Pejabat Bupati sampai dengan tahun 2005.

Tentu publik bertanya-tanya dasar keputusan tiga tokoh berpengaruh-Khazalik, Mastur Taher, dan Huzrin Hood- yang meninggalkan Ansar dan secara terbuka mendukung pasangan Muhammad Rudi-Aunur Rafiq.

Belum lagi, tersiar khabar bahwa Sekda Kabupaten Bintan yaitu Azirwan yang menggawangi birokrasi di periode pertama Ansar Ahmad menjadi Bupati Bintan turut memberikan dukungan kepada pasangan Muhammd Rudi-Aunur Rafiq.

Tidak dapat dipungkiri, dukungan tiga mantan pasangan politik Ansar Ahmad serta Sekretaris Daerah itu telah memantik isu konflik masa lalu dan perbedaan pilihan partai politik yang dapat mempengaruhi peta kekuatan dalam kontestasi pilkada Kepri 2024.

Apakah ini murni merupakan tanda ketidakpuasan terhadap kinerja Ansar selama masa kepemimpinannya, ataukah lebih didorong oleh pragmatisme politik, di mana ketiga tokoh ini melihat peluang yang lebih besar dengan berpihak pada Muhammad Rudi dan Rafiq?

Perpindahan dukungan ini bisa jadi mencerminkan adanya ketidakpuasan terhadap kebijakan Ansar, khususnya dalam hal ekonomi dan pembangunan. Selama menjabat, Ansar menghadapi tantangan yang membuat ekspektasi beberapa pihak tidak tercapai.

Mantan pasangan politiknya, yang dulunya merupakan bagian penting dari koalisi kemenangan Ansar, mungkin merasa bahwa kini saatnya mencari pemimpin baru yang memiliki visi dan pendekatan yang berbeda.

Dalam hal ini, Muhammad Rudi, yang sukses membangun Batam sebagai pusat ekonomi, menawarkan daya tarik yang lebih kuat bagi mereka yang menginginkan akselerasi pembangunan di seluruh wilayah Kepulauan Riau.

Namun, selain alasan ketidakpuasan, keputusan ini juga bisa dilihat sebagai bagian dari perubahan strategi politik. Para elite politik ini mungkin melihat bahwa mendukung Rudi dan Rafiq memberikan peluang yang lebih besar bagi mereka untuk tetap relevan dalam kancah politik lokal.

Muhammad Rudi, dengan rekam jejak yang solid di Batam, menawarkan daya tarik politik yang sulit diabaikan, sehingga mereka merasa lebih tepat untuk berada di pihak yang lebih kuat secara elektoral.

Muhammad Rudi: Simbol Kepemimpinan Pembangunan Ekonomi Batam

Muhammad Rudi telah lama dikenal sebagai sosok yang berhasil mengubah Batam menjadi pusat ekonomi yang lebih maju. Selama masa kepemimpinannya sebagai Wali Kota Batam, Rudi berhasil menarik perhatian melalui sejumlah proyek pembangunan infrastruktur yang signifikan. Hal ini menjadikannya figur yang kuat dalam kontestasi politik di Kepri, terutama bagi mereka yang mendambakan pembangunan ekonomi lebih luas.

Reputasi Muhammad Rudi sebagai pemimpin pembangunan yang sukses tidak hanya terbatas pada Batam, melainkan juga dapat menjadi modal politik yang kuat dalam meraih suara di wilayah lain.

Pencapaiannya dalam membangun Batam sebagai zona ekonomi khusus yang modern dan maju telah menarik simpati banyak pihak, termasuk mereka yang sebelumnya berada dalam lingkaran pendukung Ansar.

Dengan begitu, dukungan terhadap Rudi dan Rafiq tidak hanya mencerminkan ketidakpuasan terhadap Ansar, tetapi juga harapan baru untuk masa depan Kepulauan Riau.

Memang saat ini, fokus pada pembangunan ekonomi menjadi salah satu tema sentral dalam kampanye politik Rudi. Di tengah persaingan ekonomi yang semakin ketat di kawasan Asia Tenggara, wilayah Kepulauan Riau membutuhkan pemimpin yang mampu memperkuat daya saingnya, dan Rudi dipandang sebagai sosok yang mampu mewujudkan hal tersebut.

Dengan keberhasilannya di Batam, Rudi menawarkan visi yang lebih luas bagi pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Kepri, sesuatu yang mungkin dianggap lebih relevan dan realistis oleh mantan pendukung Ansar.

Aliansi dan Konsolidasi Kekuatan Politik

Perpindahan dukungan ini juga memperlihatkan pentingnya konsolidasi kekuatan dalam politik lokal. Ketika tiga tokoh besar seperti Mastur Taher, Khazalik, dan Huzrin Hood memilih untuk mendukung Muhammad Rudi dan Rafiq, hal ini menandakan adanya konsolidasi kekuatan politik di luar kubu Ansar.

Dalam konteks politik lokal, aliansi dengan tokoh-tokoh berpengaruh seperti ini bisa menjadi faktor penentu kemenangan, mengingat mereka memiliki pengaruh besar di daerah masing-masing.

Dukungan dari tokoh-tokoh ini memberikan dorongan signifikan bagi pasangan Rudi-Rafiq, baik dari segi citra publik maupun pengaruh politik. Mereka bukan hanya sekadar kandidat, tetapi kandidat yang didukung oleh figur-figur politik yang sudah berpengalaman dan pernah terlibat dalam lingkar kekuasaan.

Ini tentu semakin memberikan legitimasi tambahan bagi pasangan Rudi-Rafiq di mata pemilih, terutama bagi pemilkih pemula yang mungkin masih ragu untuk menentukan pilihan.

Sebaliknya, bagi Ansar Ahmad sebagai kandidat petahana, kehilangan dukungan dari tiga mantan pasangan politik ini bisa menjadi sinyal peringatan. Masyarakat awam pun tahu bahwa dalam dunia politik, perpindahan dukungan dari tokoh-tokoh penting sering kali dianggap sebagai tanda perpecahan atau ketidakstabilan dalam koalisi.

Dampak Elektoral dan Tantangan bagi Ansar Ahmad

Dalam pandangan penulis, Secara elektoral, perpindahan dukungan ini jelas memberikan tantangan besar bagi Ansar Ahmad. Sebagai petahana, Ansar harus mampu menunjukkan bahwa dirinya masih layak dipilih dan memiliki kapasitas untuk memimpin Kepri lima tahun ke depan.

Kehilangan dukungan dari tiga mantan pasangan politiknya pasti telah menurunkan kepercayaan sebagian besar pemilih, terutama mereka yang masih menunggu arah politik dari para elite politik lokal.

Apatah lagi Ansar Ahmad, tidak bisa tidak harus berhadapan dengan narasi perubahan yang dibawa oleh pasangan Rudi-Rafiq. Narasi ini berhasil dibangun dengan baik, Muhammad Rudi kini dilihat sebagai simbol perubahan yang diinginkan oleh banyak pemilih.

Akhirnya, menjadi tantangan besar Ansar Ahmad untuk membuktikan bahwa kepemimpinannya masih relevan dan mampu menghadapi narasi perubahan pasangan Muhammad Rudi-Aunur Rafiq. Tentu perlu kerja keras tim pemenangannya meskipun pasangan Ansar Ahmad saat ini didukung oleh koalisi partai politik mayoritas pemenag pemilu legislative lalu.

Dalam masa kampanye yang masih menyisakan waktu kurang lebih 40 hari kedepan kedua pasangan kandidat gubernur Ansar Ahmad dan Muhammad Rudi perlu mengarahkan fokus kampanye pada pencapaian nyata dan berkelanjutan yang telah diraih bukan hanya sebatas janji politik semata.

Penutup

Dukungan tiga mantan pasangan politik Ansar Ahmad kepada pasangan Muhammad Rudi dan Rafiq dalam Pilkada Kepri 2024 mencerminkan perubahan arah dalam politik lokal yang patut diperhatikan.

Langkah ini menunjukkan ketidakpuasan terhadap kepemimpinan Ansar dan juga lebih merupakan keputusan strategis untuk mendukung kandidat yang dinilai lebih kuat secara elektoral.

Muhammad Rudi, dengan keberhasilan pembangunan di Batam, dinilai mampu membawa perubahan ekonomi yang lebih luas, sehingga menarik bagi elite politik lokal yang mencari arah baru bagi Kepulauan Riau.

Namun, perpindahan dukungan ini juga menciptakan tantangan besar bagi Ansar sebagai petahana. Meski kehilangan dukungan dari tiga mantan pasangan politiknya, Ansar masih memiliki peluang untuk mempertahankan posisinya dengan menonjolkan hasil kinerja selama masa jabatannya.

Pilkada Kepri 2024 kini menjadi ajang persaingan ketat antara narasi perubahan dan pembangunan yang dibawa Muhammad Rudi-Rafiq, dan stabilitas serta pengalaman yang ditawarkan Ansar Ahmad bersama pasangannya.

Kiprah kedua kandidat ini menjadikan kontestasi Pemilukada 2024 lebih menarik diikuti dan tentu pilihan pemenangnya ada pada masyarakat pemilih Kepri yang berjumlah kurang lebih 1,5 juta pemilih.

Comment