4 Golongan Manusia yang Diharamkan Masuk Neraka

Agama36 views

InDepthNews.id {Neraka} – Neraka merupakan tempat akhir bagi orang-orang yang ingkar kepada Allah SWT dan digambarkan sangat mengerikan. Neraka diharamkan bagi orang-orang yang dikehendaki-Nya. Menurut sebuah hadits, ada empat golongan manusia yang diharamkan masuk neraka.

Mengutip kitab Al Jannah Wannar karya Umar Sulaiman Al-Asyqar yang diterjemahkan Kaserun, neraka adalah azab yang menjadi tempat penyiksaan para musuh Allah SWT sekaligus penjara bagi para pendosa. Neraka juga disebut sebagai kehinaan terbesar dan kerugian terbesar, sebagaimana Allah SWT berfirman,

رَبَّنَآ اِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ اَخْزَيْتَهٗ ۗ وَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ اَنْصَارٍ ١٩٢

Artinya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya orang yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka Engkau benar-benar telah menghinakannya dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang yang zalim.” (QS Ali Imran: 192)

Sebagai seorang muslim, hendaknya berjuang agar dirinya termasuk ke dalam empat golongan yang diharamkan masuk neraka.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud RA, Rasulullah SAW bersabda, “Maukah kalian saya beritahu siapa orang yang tidak mungkin masuk neraka?” “Siapa ya Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab, “Neraka itu diharamkan pada orang yang mempunyai 4 sifat, yaitu: hayyin, layyin, qobirin, dan sahlun.”

Lantas, siapa saja golongan manusia yang diharamkan masuk neraka? Berikut penjelasannya.

Golongan yang Diharamkan Masuk Neraka

Empat golongan yang diharamkan masuk neraka adalah orang yang memiliki sifat hayyin, layyin, qobirin, dan sahlun. Dirangkum dari buku Anugerah Bumi karya Ramlan Hidayat dkk dan buku Jangan Pernah Bosan Berdoa karya Risyad Bay, penjelasan dari empat sifat tersebut yaitu:

1. Sifat Hayyin

Sifat hayyin yaitu tenang, tidak mudah panik, dan santai. Hayyin adalah orang yang jika menghadapi masalah tidak mudah emosi. Ia akan tabayyun atau berusaha mencari kejelasan dari sesuatu yang tidak jelas terlebih dahulu.

Ia juga tidak tergesa-gesa dalam menyimpulkan atau menghakimi dan tidak mudah terprovokasi. Sebab, ia memiliki ketenangan lahir dan batin.

Kehadiran orang yang memiliki sifat hayyin ini sangat menenangkan, meneduhkan, dan tidak temperamental. Ia mampu mengontrol pikiran, mengendalikan perasaan, hati, dan sifatnya.

2. Sifat Layyin

Sifat layyin yaitu bersikap lemah lembut, sopan, dan santun. Contoh dari kepemilikan sifat layyin yaitu Rasulullah SAW. Rasulullah SAW memiliki sifat lemah lembut, bahkan kepada musuh.

Hati Rasulullah SAW sangat penuh dengan rasa sayang kepada umatnya. Orang yang memiliki rasa kasih sayang akan melahirkan kelemahlembutan dan akan melahirkan sikap sopan santun.

“Sesungguhnya api itu hanya bisa dipadamkan dengan air, sesungguhnya kemarahan hanya bisa dipadamkan dengan kelembutan.”

Orang yang memiliki sifat layyin akan menjaga sifatnya. Perkataan dan sikapnya tidak melukai, tidak memojokkan, serta tidak mempermalukan.

3. Sifat Qobirin

Sifat qobirin yaitu mudah dekat dan akrab dengan orang lain, hangat, supel, dan menyenangkan. Orang yang memiliki sifat qobirin tidak memiliki sikap yang membuat orang lain tidak nyaman, terluka, atau tersakiti.

Sifat qoribin ini terlahir dari perilaku tawadhu atau rendah hati. Orang yang tawadhu akan nyaman dengan dirinya, sehingga orang lain pun juga akan merasa nyaman bersamanya.

Hal ini berbeda dengan orang yang tinggi hati, merasa lebih hebat, lebih pintar, atau lebih penting. Mereka yang merasa dirinya tinggi dan melihat orang lain lebih rendah tidak akan nyaman dengan dirinya sendiri. Sebab, mereka selalu menuntut orang lain untuk menghargai, menghormati, serta memperlakukan dirinya secara khusus.

Contoh kepemilikan sifat qobirin juga berasal dari Rasulullah SAW. Keakraban yang dimiliki Rasulullah SAW membuat dirinya sangat dekat dengan musuh.

4. Sifat Sahlun

Sifat sahlun yaitu santai, tidak bertele-tele, tidak mudah dendam ke orang lain, mudah, serta tidak ribet. Orang yang memiliki sifat sahlun ini memperlakukan segala sesuatu secara proporsional.

Sehingga, masalah yang seharusnya tidak perlu dipermasalahkan tidak menduduki pikirannya. Ia akan lebih fokus ke ibadahnya dan tidak memikirkan kendala yang lain.

Namun, bukan berarti memudahkan suatu masalah dan bukan berarti menganggap remeh permasalahan yang penting. Sesuai dengan situasi dan kondisi beserta porsinya, dan yang selalu ada dalam pikirannya adalah solusi.

Wallahu a’lam.

Comment